Ketika kita merenung di kesunyian seorang diri, sering kali kita sampai kepada kesadaran diri yang murni. Karena kita mencoba untuk mendengarkan suara nurani kita. Hati yang sehat akan selalu mengabarkan kebenaran sesuai fitroh kita. Semakin kita merenung maka kita akan semakin menyadari kelemahan kita sebagai manusia. Sudahkah kita tahu tujuan hidup kita? Sudahkah kita gunakan waktu yang diberikan oleh Alloh subhanahu wa Ta'ala dengan sebaik-baiknya? Terlintas dibenak segala amal perbuatan kita yang sia-sia bahkan menentang fitroh kita, menentang syari'at Sang Pencipta. Masihkah kita membusungkan dada terhadap Alloh Azza Wa Jalla?
Adakah selama ini pikiran, keyakinan dan perbuatan kita yang menduakan-Nya? Astaghfirulloh, kata itu yang sepatutnya terlontar dari hati dan mulut kita. Kembali tersungkur dan menghiba ampunan dari Rabb semesta alam, atas segala penyelewengan yang telah kita lakukan sadar ataupun tidak sadar. Tentunya dengan diikuti oleh amal perbuatan yang sholih yang sesuai dengan Firman Alloh ta'ala dan tuntunan Penghulu para Rosul yang shohihah.
Alloh akan senantiasa menerima taubat seorang hamba sebelum datang hari kiamat dan nyawa sampai di kerongkongan seberapapun besarnya dosa tersebut. Akan tetapi waktu akan terus berjalan kawan, masihkah kita terus bersantai, tanpa berusaha menggapai ridho dan hidayah ilahi?